Postingan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu keenam dengan tema Dua Sisi
Dalam
setiap pernikahan sepasang insan pastilah menginginkan buah hati sebagai cahaya
mata dan pelipur lara. Anak juga
merupakan pelanjut keturunan dan nama keluarga.
Tapi apa jadinya jika sudah 6 tahun lebih tapi masih belum dikaruniai
anak.
Merintih hatiku dalam setiap sujudku,
Memohon jiwaku di setiap do’aku,
Mengharap hatiku dalam setiap harinya,
Meminta kalbuku dalam setiap asaku,
Asa membingkai mimpiku,
Berharap si kecil segera datang,
Melebarkan tangannya untuk ku rengkuh,
Menyandarkan kepalanya di bahuku,
Menebar tawa bersamaku,
Tapi, hari – hari itu belumlah tiba,
Setiap iringan do’a masih disimpan Tuhan,
Cukupkan semuanya dengan kesyukuran saja dulu,
Kelak akan indah pada waktunya.
Sepenggal
puisi di atas mungkin adalah bagian dari asa – asa pasangan suami istri
sepertiku. Tapi apakah dengan lamanya
sebuah hubungan yang belum dikaruniai anak adalah sebuah dosa. Berhakkah orang – orang menvonis pasangan
suami istri seperti kami. Apakah kami
menjadi orang tak berguna dan tak bermanfaat karena belum diberi momongan, khan
tidak.
Apakah
keberhasilan sebuah hubungan pernikahan harus ditandai dengan berhasil
‘menghamili’ istri. Jawabannya tentu
tergantung persepsi masing – masing orang.
Tapi buat kami saling memberi dan menerima kekurangan masing – masinglah
yang membuat sebuah hubungan pernikahan itu bisa langgeng selain ada
kepercayaan, setia dan tanggung jawab tentunya.
Terkadang
sering teriris hati ini, mendengar ocehan – ocehan orang yang memvonis orang
bahwa kami ini infertil-lah, hallo apakah kami belum dikaruniai anak
menyusahkan kehidupan anda. Khan tidak tokh.
Apakah
kalian tahu kalau hati kami sudah sakit, malah ditambah dengan ocehan
kalian. Jadi berhentilah mengoceh
tentang kehidupan kami. Tokh kami juga
tidak pernah menyusahkan hidup kalian tokh.
Sedikit peka terhadap perasaan orang lain mungkin itu lebih baik.
Dalam
rentang waktu 6 tahun itu, bukannya tidak pernah hamil. Lima tahun lalu
tepatnya tahun 2008, aku sempat hamil selama 5 bulan tapi ternyata yang kami
tunggu masih enggan bersama kami, yah hanya mampu hidup 5 bulan di dalam
rahimku karena ternyata dia yang kami tunggu tidak berkembang dengan baik.
Hatiku
menjerit, tangis pecah. Tapi ini kami anggap sebagai ujian, percuma khan
menangis tidak akan merubah segalanya.
Ada banyak ketakutan yang timbul dengan sendirinya, ketakutan tak bisa
punya anak, ketakutan dibuang oleh keluarga dan ketakutan di tinggal
suami. Semua rasa takut itu bercampur
aduk menjadi satu dan membuatku menjadi stress.
Apalagi ketakutan kehilangan suami, berhari – hari di otakku muncul
fikiran kalau suamiku pastilah akan mencari perempuan lain yang lebih subur
dariku. Tapi suamiku yang tidak romantis
itu berkata “Biar kita berdua saja hidup, tidak masalah kok”, sepertinya itu
kata – kata teromantis yang pernah terlontar dari mulut suamiku. Kata – kata yang membawa kesejukan dan
pembangkit semangatku.
Pernah
suatu hari aku pulang kantor dan menangis sejadi – jadinya karena mendengar
omongan orang diluar. Pengen rasanya aku
menjerit di depannya dan berkata “Kalau aku tidak punya anak, masalah buattt
loe” tapi sepertinya perasaan sensitifku lebih menguasai hatiku. Kuadukan pada suamiku, tapi suami tidak
menanggapinya serius hanya tersenyum saja, sambil berkata “Kenapa memusingkan
kata orang, yang penting kita jalani hidup ini dengan tenang”.
Memang
terkadang omongan orang sering memicu kekesalanku di rumah, tapi suami selalu
berhasil menenangkanku. Kami memang
menginginkan momongan siapa yang tidak mau, tapi tidak mungkin kami memaksakan
kehendak pada Tuhan. Tuhan tahu kapan
waktu yang tepat untuk memberikan momongan buat kami, semua akan indah pada
waktunya. Untuk itu bersabarlah dan
ikhlas menjalani hidup ini.
Anakku,
Disini kami masih menunggumu,
Disini kami masih menantimu,
Kami tahu kau tak sabar disana,
Sama tak sabarnya dengan kami,
Yang sudah merindumu sejak lama,
Anakku,
Biarkan kami terus memanjatkan do’a untuk hadirmu,
Karena kami tahu kau disana sedang mengulurkan tanganmu,
Sedang tersenyum mendengar do’a – do’a kami,
Berlari kecil mengelilingi kami lewat do’a...
Anakku,
Langkah – langkah kecilmu masih kami nanti,
Celotehanmu masih kami tunggu,
Tangismu pun selalu kami rindukan,
Karena kami tahu betapa besarnya arti hadirmu buat kami,
Anakku,
Tak lelah kami disini menunggu dalam do’a,
Tak pernah putus harap kami menantimu dalam segenap usaha,
Dan tak jua berhenti kami berharap atas hadirmu,
Kami yakin semua akan INDAH PADA WAKTUNYA,
Tuhan sudah punya skenario tersendiri untuk umat-Nya
Semoga
postingan ini membuat beberapa orang yang selalu memandang sinis dengan kondisi
kami bisa sedikit tercerahkan hatinya.
Karena seberapa besar anda mengoceh tetaplah kami akan menjalani hidup
kami dengan tenang dan bahagia. Memang
penting punya anak tapi mungkin lebih penting mengajarkan anak – anak kita
untuk sedikit bisa menghargai orang lain.
Do'akan semoga bisa seperti ini ( sumber klik disini )
Salam
cinta.
=========================================
Postingan ini disertakan dalam # 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri
11 komentar
Aamiin aalhumma aamiin semog harpn dan doa -doamu dikabulkan Allah SWT. Semoga dirimu senantiasa disayang Allah dan disayang suami.
semoga, aamiin :D
kak aty.. bagus puisinya... tetap semangat!! ... disini..terkadang mencoba tuli adalah jalan terbaik...(pengalaman pribadi).. cayooo kak!!!(meskipun dengan sadisnya dirimu potong foto ku yang cantik untuk foto profil blog kak aty... hu..hu...he..he..he..)...
yagh begitulah ran, mencoba menulikan semua apa yg dikatakan orang, hahahahaa, hafal juga yagh ran sama fotomu, tp di twitter dak kupotong kok, :D
Allahumma Aamiin...semoga buah hati itu akhirnya muncul..,
Oiya.., kalau saya mungkin sudah berteriak seperti "Kalau aku tidak punya anak, masalah buattt loe”", :)
atau paling saya mendatangi orang yang berkata begitu dan memberitahu padanya seperti ini "Oiya, okelah sekarang kamu sudah punya anak, apakah kamu bisa menjadi masa depannya nanti?, pendidikannya?, karakternya kelak?, serta sukseskah?. anak itu adalah amanah dari Tuhan. "
Iya...kira2 begitu saya akan berkata pada orang2 yang sibuk dengan menilai orang lain..,
Salam..dari...
Haerul
http://pingplangplong.blogdetik.com/2013/05/16/antara-aminah-dan-farah/
Ralat : Menjadi harusnya "Menjamin". :) typo maaf...
betul daeng haerul, sekarang khan banyak orang yg SMS alias Susah Melihat yang Senang dan Senang Melihat yang Susah :D
Aamin allahumma aamiin...
Rencana Allah itu indah, tentu Ia sedang membuat sebaik-baiknya rencana untuk masa depan Ka' Yunarty dan suami.
Mendidik anak memang jauh penting dari sekedar melahirkan anak, sepakat Kak.
Tetap semangat dan optimis ya, biarkan anjing menggonggong, khafilah tetap berlalu. :-)
betul dik Aisyah, mendidik anak itu jauh lebih penting dibanding yang lainnya krn anak itu adalah amanah...
Sabar ya mba.. hanya Allah yang tahu akan semua rencana NYA.
Insya Allah akan selalu sabar...
Posting Komentar