Padang Pariaman merupakan daerah rantau
Minangkabau, artinya di Padang Pariaman
inilah berkumpul bermacam – macam suku dari seluruh penjuru ranah Minang bahkan
Indonesia, khan salah satunya aku. Hal yang
unik adalah jika mencari rumah – rumah adat bagonjong di wilayah Padang
Pariaman kita tidak akan menemukan karena menurut informasi yang aku dapat dari
beberapa teman yang asli orang Minang mengatakan bahwa rumah adat bagonjong ini
adanya di wilayah selingkaran gunung Marapi, jadi jika mau melihat rumah adat
bagonjong khas Sumbar banyak terdapat di wilayah Solok, Batusangkar, Bukit
Tinggi dan Payakumbuh.
Rumah adat Minangkabau (sumber klik disini)
Atap
bagonjong biasanya dipakai untuk kantor – kantor instansi pemerintah salah
satunya adalah di SUPM Neg. Pariaman, tempatku bekerja
Salah
satu budaya unik di Padang Pariaman adalah acara pesta budaya Tabuik yang
dilaksanakan setiap tahun yaitu pada awal bulan Muharram, puncak acaranya
adalah setiap tanggal 10 Muharram dimana pada saat hari tersebut dilakukan
hoyak tabuik, yaitu mengarak tabuik sampai ke laut dan selanjutnya tabuik akan
di buang ke laut, sebenarnya ada banyak rangkaian kegiatan untuk pesta budaya
tabuik ini sehingga pelaksanaannya memakan waktu sampai 10 hari mulai 1
Muharram sampai 10 Muharram, setiap hari mulai dari pagi sampai malam hari alun
– alun kota yang kebetulan terletak di wilayah kota Pariaman yaitu lapangan
Merdeka akan sangat ramai oleh pengunjung, baik dari wilayah Sumbar sendiri
sampai ke luar negeri. Pesta budaya
tabuik ini sudah menjadi even pariwisata nasional.
Arak
– Arakan atau dikenal dengan Hoyak Tabuik menuju pantai Pariaman
Pesta
budaya tabuik dilaksanakan untuk memperingati kematian cucu nabi Muhammad yang
dipenggal kepalanya di Karbala, Irak sekitar tahun 61 Hijriyah yang bertepatan
dengan tahun 680 Masehi, sehingga banyak
orang – orang tua yang menyebutnya Oyak Husen , pesta budaya tabuik ini juga
diharapkan mampu menggelorakan semangat umat Islam dalam melawan musuh –
musuhya sekaligus sebagai ratapan atas meninggalnya cucu Nabi Muhammad yaitu
Husein.
Hoyak
Tabuik di Pantai Pariaman (sumber klik disini)
Sebenarnya
ada dua versi tentang asal usul dari tabuik ini, versi pertama mengatakan bahwa
tabuik ini berasal dari pedagang Irak yang beraliran Syiah dan menyebarkannya
ke wilayah Sumatera sehingga jangan heran jika budaya tabuik ini tersebar di
berbagai daerah di Sumatera seperti di Painan, Maninjau, Pidi, Bengkulu,
Padang, Pariaman, Banda Aceh dan Meulaboh serta Singkil.
Sedangkan
versi kedua mengatakan bahwa budaya
tabuik ini masuk ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu gelombang pertama
melalui sebuah hikayat Muhammad pada tahun 14 M anak nagari atau anak
setempat mempelajari hikayat tersebut
kemudian mengaplikasikannya melalui budaya tabuik. Gelombang kedua masuknya serdadu dari india
ke Bengkulu dari suku bangsa Cipei/Sepoy yang notabene adalah penganut Syiah,
orang – orang Cipey/Sepoy ini selalu memperingati kematian Husein setiap
tahunnya, lama kelamaan ritual ini diikuti oleh masyarakat setempat sehingga
tersebar di wilayah Sumatera. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu budaya tabuik di wilayah tersebut sudah hilang dan
hanya tinggal di Padang Pariaman dan Bengkulu (di Bengkulu budaya tabuik ini
dikenal dengan sebutan tabot).
Saking
ramenya menyebabkan kemacetan...
Nah,
inilah salah satu keunikan mengapa mesti menjadikan Padang Pariaman sebagai
salah satu destinasi wisata, budaya tabuik yang diselenggarakan setiap tahun
selalu mengundang banyak wisatawan, antrian yang menyebabkan kemacetan sepertinya
para perantau orang Padang Pariaman pada mudik untuk merayakan acara ini.
Selain
wisata budaya tabuik di Padang Pariaman ada banyak budaya lainnya, nah budaya –
budaya lainnya akan kita bahas di postingan selanjutnya...
Sebagian besar sumber foto dan data dari rekan
seperjuanganku Gestar Rheido
Salam Cinta...
Postingan ini disertakan dalam # 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri
11 komentar
Boleh juga neh,,,semangat trus mpok..
Iya betul, Syiah yang menyiarkan Islam di sini berarti ya terus jadi kebudayaan di Pariaman. Sy dulu sempat ke Sumbar tapi cuma 3 hari (dari Pekanbaru, saya pernah tinggal di Pekanbaru). Sempat pula ke istana Pagaruyung, Bukittinggi, danau Maninjau ... dan .. lupa lagi :)
Baru tahu namanya rumah adat bagonjong ya ...
semangat gestar, kira2 pemprov pariwisata mau bayar berapa yagh, sudah banyak nie yag ku posting ttg sumbar, hehehehehe :D btw postingan selanjutnya ambo mw ambil adat bajapuiklah yang terakhir baru posting makanan pariaman...mw cari data en foto dulu :D
iya kk Niar kalo budaya tabuik setahuku i2 cuman kok jadi mirip sedekah laut juga rasanya, tak tahulah :D
wah berarti sudah kemana2 juga kk niar, iya nama rumah adatx gonjong atau bagonjong juga bisaa...
waw, khusus ikutan acara ini jadi pada pulang kampung ya, mba aty? jadi penasaran pariaman aslinya seperti apa. pengen ke sana :D
Tanah Minang memang kaya budaya. Semoga kelak bisa berkunjung ke sana. Salam dari Sulawesi
iya mba ila, jalannya penuh, jujur aku belum pernah ikut acara ini, aslinya penuh orang....makax yg moto2 temanku, hehehehe :D ayo mba ila kesini lah, acarax pas tanggal 10 Muharram :D
ayo kesini mba Shaela, dsini banyak wisata2 lainnya, bisa wisata kuliner juga kayak diriku ini, hehehehe :D
aduuuh senangnyaaaa, saya jadi ingin ke sana. tapi pesawatnya mahal >.< gak jadi deh. untungnya empunya blog udah ceritaaa, jadi gak pena dan saran deh :p
lumayaaaaan buat referensi. siapa tahu nanti ada yang traktir saya ke sana :) seruuu!
bulan madux ksini ajah mba Litha, kita k bukit tinggi,
ooh, baru tahu kalau padang pariaman, dan pariaman itu beda ;p
Posting Komentar