Akhirnya sampai juga kita di
penghujung tahun 2016.
Bagi para Badminton Lovers (BL), akhir tahun berarti gelaran atau rangkaian
tur dari satu turnamen ke turnamen lainnya sudah berakhir. Entah itu turnamen
berlevel Future Series (FS), International Series (IS), International Challenge
(IC), Grand Prix (GP), Grand Prix Gold (GPG), Super Series (SS), Super Series
Premiere dan ditutup dengan Super Series
Final (SSF).
Sumber photo: www.sport.analisadaily.com |
Super Series Final (SSF) yang
diselenggarakan di akhir tahun merupakan laga penutup dari semua gelaran
turnamen badminton yang belevel Super Series(SS) dan Super Series Premiere (SSP). Total keseluruhan turnamen berlevel SS dan
SSP adalah sebanyak 12 turnamen. Perhitungan poin dimulai dari turnamen All
England SSP yang dilaksanakan pada bulan Maret dan Hongkong SS yang baru saja
digelar pada bulan November kemarin.
Turnamen Super Series Final
pertama kali diagendakan pada tahun 2007 dan bernama BWF Super Series Masters
Finals di kota Doha, Qatar. Akan tetapi dibatalkan karena kurangnya sponsor dan
tidak ada jaminan poin yang akan diperoleh oleh atlet. Sebagian besar negara-negara
badminton tidak mengirimkan atletnya karena jadwal yang mepet dengan turnamen
awal tahun. Dibanding menurunkan atletnya lebih baik diistirahatkan saja.
Setahun berikutnya, tepatnya pada
tahun 2008 BWF Super Series Masters Finals dilaksanakan di kota Kinabalu,
Malaysia. Tahun berikutnya juga diadakan di Malaysia, yaitu di Johor Bahru.
Sama seperti tahun sebelumnya, turnamen ini juga sepi peminat. Tiongkok sebagai
negara paling digdaya juga urung menurunkan pemain-pemain bintangnya. Pun
demikian dengan Indonesia, ganda terbaiknya kala itu Markis Kido/Hendra
Setiawan dan Nova Widianto/Liliyana Natsir justru diutus ke Sea Games yang
diadakan di Laos.
Tahun 2010, BWF mulai memperbaiki
regulasi dari pelaksanaan turnamen ini. Mulai dari poin yang diberikan setara
dengan turnamen berlevel Super Series Premiere yaitu sebesar 11.200 poin, plus
hadiah dan fasilitas yang sangat menggiurkan.
Selain itu, atlet yang memenuhi syarat akan tetapi enggan mengikuti
turnamen ini tanpa alasan yang jelas akan dikenakan denda. Denda yang harus
ditanggung pemain juga tidak tanggung-tanggung, yaitu sebesar 5.000 USD,
padahal sebelumnya dendanya hanya 250 USD.
Kerjasama BWF dengan Dubai
dimulai pada tahun 2014, sejak saat itu Dubai menjadi tuan rumah
penyelenggaraan turnamen ini. Hadiah yang dulunya hanya 500.000 USD, meningkat
menjadi 1.000.000 USD. Dubai SSF ini merupakan turnamen dengan hadiah paling
besar, BCA Indonesia Open Super Series Premiere menyediakan hadiah 900.000 USD.
Dubai SSF merupakan turnamen
internasional bintang tujuh, yang hanya bisa diikuti oleh atlet badminton yang
nangkring di peringkat 1 sampai 8 BWF (sesuai rank Destinasi Dubai SSF tahun berjalan). Setiap negara hanya bisa mengirimkan
paling banyak 2 atlet atau pasangan di setiap sektornya. Apabila di satu sektor
terdapat 3 atlet atau pasangan maka yang berhak ikut hanya 2 atlet yang poinnya
paling tinggi. Juara Olimpiade ataupun juara dunia pada tahun tersebut,
langsung mendapatkan wild card untuk
ikut di Dubai SSF. Apabila sang juara dunia ataupun pemegang medali emas tidak
masuk pada peringkat 1 sampai 8 BWF maka atlet yang berperingkat 8 BWF langsung
gugur dan digantikan oleh juara dunia atau peraih medali emas pada tahun
tersebut.
Apabila atlet cidera seperti
kasus Nitya Krishinda Maneswari dan Chen Long, maka langsung digantikan oleh
atlet yang berperingkat 9 BWF, dengan catatan baru ada satu atlet atau pasangan
dengan negara yang sama di sektor tersebut. Contohnya pasangan ganda putri
Greysia Polii/Nitya Krishinda Maneswari digantikan oleh Vivian Kah Mun Hoo/Woon
Khe Wei dari Malaysia, Chen Long digantikan oleh Hu Yun. Sedangkan Fu
Haifeng/Zhang Nan yang merupakan peraih emas Olimpiade Rio 2016 mengundurkan
diri karena Fu Haifeng pensiun. Otomatis yang menggantikan adalah pasangan yang
beperingkat 9 yaitu Li Junhui/Liu Chen yang kebetulan juga berasal dari
Tiongkok.
Pengundian Grup (Sumber photo: www.bwfworldsuperseries.com) |
Atlet baik tunggal maupun ganda
akan melalui turnamen dengan sistem Round
Robin, dimana babak penyisihan atlet-atlet tersebut dibagi dalam dua grup.
Yang lolos ke babak semifinal adalah mereka yang berhasil menjadi juara dan
runner-up grup. Baik juara grup maupun runner-up grup yang sudah lolos ke babak
semifinal akan diundi kembali, siapa lawan siapa. Bisa saja sudah bertemu di
fase grup, akan bertemu kembali di babak semifinal ini.
Turnamen Dubai SSF yang dibagi
dalam dua grup ini, keduanya merupakan grup neraka. Yah, semua yang akan
menjadi lawan tidak ada yang mengenakkan. Semuanya monster, jadi selain punya
skill setiap atlet harus bekerja keras mengumpulkan poin satu demi satu. Siapa
yang paling siap baik secara tekhnis maupun mental maka dialah yang akan
memenangkan pertandingan.
Tim Ganda Campuran Indonesia (Sumber Photo: www.badmintonindonesia.org) |
Indonesia mengirimkan delapan
atletnya, yaitu dua pasang di sektor ganda putra yaitu Gideon Marcus
Fernaldi/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi serta
dua pasang di ganda campuran, yaitu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen
Jordan/Debby Susanto. Seharusnya Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari juga
ikut, akan tetapi Nitya harus melakukan operasi karena cidera pada lututnya
yang sudah membayanginya sepanjang tahun 2016 ini.
Angga Pratama dan Tontowi Ahmad (Sumber photo: www.bola.com) |
Indonesia baru memenangkan gelar
ini sebanyak dua kali, yaitu di tahun 2013 dan 2015, semuanya dimenangkan oleh
pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Tahun ini, Indonesia
menargetkan satu gelar. Harapan terbesar tentunya berada di pundak Tontowi
Ahmad/Liliyana Natsir yang tahun ini sudah meraih tiga gelar SS/SSP yaitu
Malaysia SSP, China SSP dan Hongkong SS plus peraih medali emas Olimpiade Rio
2016.
Wakil Ganda Putra Indonesia di Dubai SSF 2016 (Sumber photo: www.djarumbadminton.com) |
Selain itu, pasangan Gideon Marcus Fernaldi/Kevin Sanjaya Sukamuljo juga
diharapkan memberikan hasil terbaik, melihat penampilannya yang sangat impresif
tahun ini. Gideon/Kevin atau terkenal dengan julukan minions ini, meraih 3
gelar yaitu India SS, Australia SS dan China SSP. Uniknya dua gelar India SS
dan Australia SS dimenangkan minions setelah mengalahkan abang seniornya di
pelatnas Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi.
Praveen Jordan/Debby Susanto juga
diharapkan menunjukkan laju terbaik sama seperti saat mengkandaskan Zhang
Nan/Zhao Yunlei di semifinal dan menghempaskan pasangan gaek dari Denmark
Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen di babak final, pada turnamen All
England bulan Maret 2016. Jika Praveen/Debby mampu bermain fokus dan konsisten
maka bukan tidak mungkin akan bisa mengalahkan Tontowi/Liliyana pada laga
pertama penyisihan grup A Dubai SSF.
Angga Pratama/Ricky Karanda
Suwardi yang tahun ini tidak begitu konsisten, karena sering gagal di round 1
ataupun round 2 dan sering dikalahkan adiknya sendiri Gideon/Kevin tetap
diharapkan bisa melaju ke babak selanjutnya.
Jika ingin menyaksikan
pertandingan badminton kelas dunia ini, jangan lupa stay tune di Fox Sport mulai tanggal 14 sampai 18 Desember, pukul
16.00 WIB dan Kompas TV mulai tanggal 16 Desember sampai 18 Desember 2016.
Kirimkan do’a dan berikan
dukungannya, semoga anak-anak muda Indonesia mampu berbicara banyak di arena
olahraga. Mengirimkan do’a tidaklah sesulit beradu komentar di wall fesbuk
seperti yang marak terjadi di dunia maya belakangan ini.
BRAVO INDONESIA.
INDONESIA JUARAAA.
Salam,
Aty Elias
2 komentar
semoga bisa nonton nih...saya suka badminton
Di Kompas tayang Jum'at mba. Selamat menonton...
Posting Komentar