Barangkali
menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia yang bergama Islam
apabila Idul Fitri tiba maka saatnya mudik, berkumpul dengan seluruh kelurga
besar. Kumpul – kumpul keluarga ini
merupakan kejadian langka, apalagi jika seluruh anggota keluarga kita sudah
menyebar kemana – mana, maka momen lebaran inilah menjadi ajang untuk berjumpa
lagi, saling berbagi cerita beserta keceriaan.
Tapi,
apa jadinya jika tidak bisa mudik. Apa
lebarannya batal??? Tidak juga. Apa
waktu berhenti berputar?? Sepertinya tidak juga. Apa langit runtuh??? Tidak segitunya juga
kali. Apa daun jambu air depan rumahmu
juga berhenti berguguran??? Ahh, emang bisa.
Nah, kalau itu semua tidak terjadi, kenapa kamu harus bersedih,
bersyukurlah dengan apa yang ada sekarang.
Kenapa
aku harus bersyukur, padahal tidak bisa berkumpul dengan bapak, mama’ beserta
adik – adikku di hari kemenangan ini. Ada
banyak alasan sehingga kita harus mensyukuri dalam hidup kita walaupun tidak
mudik tahun ini.
1. Tetap
bisa meminta maaf dengan bapak dan mama’ via telepon
Memang akan terasa beda
kata orang jika meminta maaf tidak bertatapan muka. Yah, memang apa bedanya coba??? Tidak bisa
meraih kaki dan tangan bapak dan mama’ dong, kalo cuman via telepon. Ayolah, tidak perlu secengeng itu, bukankah
sekarang jaman sudah canggih, untuk apa gadget – gadget dikumpulkan kalau tidak
mengerti fungsinya. Memang kita tidak
bisa saling menyentuh lewat salam dan ciuman, tapi kita bisa bertatapan
langsung, manfaatkan fasilitas skype untuk saling bertatap muka dengan orang –
orang yang dicintai. Ide bagus
bukan. Nah, sekarang sudahkah meminta
maaf pada orang tuamu walaupun hanya via telepon atau skype???
Memanfaatkan gadget sebaik mungkin |
Bersyukurlah, ketika
kamu bisa memanfaatkan teknologi yang ada sekarang. Coba bayangkan saudara – saudara kita yang
juga ingin bersilaturrahmi dengan kedua orang tuanya tapi tidak mampu
memanfaatkan teknologi dan tidak punya fasilitas untuk itu, syukurilah itu.
2. Bisa
berbagi dengan sesama yang lebih membutuhkan
Tidak mudik, bukan
berarti kita tidak bisa berbagi dengan orang lain. Caranya??? Mudah saja, uang THR-mu jangan
dipakai untuk beli baju baru semua tapi sisihkan sebagian buat saudara –
saudara kita yang juga butuh. Tidak
perlu dalam bentuk uang tapi bisa berupa barang seperti baju, beras, daging,
kue – kue kering, minuman ataupun makanan kaleng. Maka, lihatlah wajah – wajah sumringah dari
mereka, itu adalah bentuk do’a mereka buat kita.
Credit |
Coba bayangkan kalau
kamu di posisi mereka, tidak punya ayah atau ibu, mesti tinggal berpindah –
pindah dari satu tempat ke te tempat lainnya bahkan tidak punya tempat tinggal
sama sekali. Jadi, bersyukurlah dengan
kondisimu saat ini, yang masih bisa berbagi dengan orang lain walaupun tidak
banyak, tapi mampu membuat mereka bahagia.
3. Tetap
bisa menikmati hidangan khas lebaran bersama – sama
Memangnya, cuman di
Makassar saja kamu bisa makan coto Makassar, burasa, lappa – lappa atau
tumbu’??? Iya sih, cumann.......wow, berhentilah mengeluh. Bukanah kamu bisa buat coto Makassar sendiri,
sudah lihai bikin burasa, buat lappa – lappa atau tumbu’ bisa kamu pelajari
kemudian.
Kamu malah bisa
menghadirkan aroma Makassar di ranah Minang ini, terbukti khan banyak teman –
temanmu yang meminta untuk dibuatkan coto Makassar, bukan suasana lebaran pun
mereka tetap semangat untuk makan coto Makassar, padahal mereka bukan orang
Makassar.
Ini, asli coto Makassar buatanku lho !!! |
Bersyukurlah, bahwa
kamu masih bisa makan daging, lihatlah saudara – saudara kita disana, jangankan
makan daging, untuk makan sehari – hari saja mereka susah. Jadi tetaplah bersyukur.
4. Masak
bareng – bareng, makan pun kompakan
Kalau tidak pulang
kampung, kita tidak bisa kumpul – kumpul??? Kata siapa, buktinya rumahmu
disambangi oleh teman – temanmu juga.
Bahkan kamu masak – masak bareng dengan teman – temanmu, saweran duit
buat beli daging, jadi pekerjaanmu menjadi lebih ringan. Teman – temanmu itu bukan hanya sekedar
teman, tapi mereka adalah saudara paling dekat buatmu.
Merakalah kerabatku di Pariaman |
Coba pikirkan, jikalau
kamu sakit, tidak mungkin khan adik – adikmu yang di Makassar sana kamu mintai
tolong untuk membawamu ke rumah sakit.
Tapi, teman – temanmu yang ada di kompleks inilah yang akan menolongmu.
Iya khan, khan, khan. Masih mau mengelak.
5. Bersilaturrahmi
ke rumah teman – teman
Kamu pun bisa
bersilaturrahmi ke rumah teman – teman yang ada di wilayah Sumatera Barat ini,
selagi kamu mampu dan punya kendaraan walaupun pinjaman dari temanmu yang
sedang mudik. Itu semua harus kamu
syukuri, karena pada dasarnya kamu itu mendapatkan rezeki yang melimpah
dibanding orang lain, bersyukurlah.
Yah, memang tahun ini aku tidak
mudik. Bukan, bukan karena faktor
ekonomi tapi aku sudah mudik di bulan Juni kemarin. Suatu tindakan yang menghambur – hamburkan
memang jika aku tetap memaksakan diri untuk mudik lebaran kali ini. Padahal aku masih punya rencana untuk mudik
di akhir atau awal tahun depan.
Mensiasati mudik murah yah begitu, mudiknya jangan tepat di hari lebaran
karena harga ticket akan mengalami lonjakan yang gila – gilaan.
Jadi, mengapa kita mesti bersedih
ketika semua orang – orang di kompleks mudik semua ke kampung halaman masing –
masing, tapi kita malah tinggal di kompleks istilahnya jaga gawang. Seharusnya kita harus mensyukuri apa yang
telah terjadi dalam hidup kita saat ini.
Masih bisa menghirup udara tanpa polusi, masih diberi nikmat sehat,
masih dipertemukan dengan romadhon tahun ini, masih bisa mendengar suara bapak
dan mama’ di ujung telepon, masih bisa mendengar suara azan dari mushollah
depan rumah dan banyak lagi nikmat Tuhan yang seharusnya kita syukuri dengan
atau tanpa mudik sekalipun.
Dan, sekarang sebelum bulan Syawal
berakhir aku beserta keluarga besar memohon maaf apabila ada salah dalam
berkomentar, ada perilaku yang tidak menyenangkan dari tingkah dan laku, mohon
dimaafkan. Mari kita menata diri kita
agar menjadi pribadi yang lebih baik dan berharap semoga masih dipetemukan
dengan romadhon tahun depan, Aamiin.
Ini cerita lebaranku di tanah
rantau, bagaimana dengan cerita kalian??? Apakah kalian mudik ataukah bernasib
sama denganku alias tetap stay di perantauannya, mari kita sama – sama bersyukur
:D
Salam Cinta ^_^
Yunarty Yahya Elias
================================
2 komentar
Alhamdulillah nenekku tinggalnya nggak terlalu jauh Mbak. Ya, 2,5 jam samapi. Itu pun pantat rasanya udah pindah depan. He :)
Sukses ya Mbak untuk kontesnya.
Alhamdulillah banget tuh mba, tapi yah di syukuri ajah pokoknya dah :D
Posting Komentar