Oleh – oleh Makassar #1 : Makassarku Kini ^_^

     Kota Makassar kota tercintaku, tempatku dilahirkan dan dibesarkan, kini pembangunan dimana – mana.  Kota Makassar berkembang dengan pesat di segala bidang, geliat perekonomian begitu terasa.  Begitulah Makassar yang kutemui saat aku kembali pulang, setelah 2 tahun tak melihat wajah Makassarku.

     Tapi, Makassar bukan tanpa kekurangan, masih banyak hal yang tentunya perlu dibenahi oleh pemerintah setempat.  Sebagai salah satu warga Makassar yang merantau tentunya aku bisa membandingkan dengan kota – kota lainnya yang pernah kukunjungi.  Makassarku kini memng sedang berbenah.

     Seperti umumnya orang yang pulang kampung, maka akupun membawa oleh – oleh, tapi oleh – olehnya bukan berupa barang atau apapun karena nanti banyak yang tak kebagian.  Jadi apa saja sih oleh – oleh yang kubawa selama dua minggu di Makassar, bukan cuman menikmati kuliner tapi aku juga berjalan – jalan dan melihat kondisi kota ini. Ada beberapa poin yang menjadi perhatian buatku, yuuk cekidot apa saja tuh...


Makin Semrawut

     Barangkali, ini adalah salah satu poin penting untuk kota Makassar yang sedang berbenah, menurutku Makassar kian semrawut, jalan – jalan banyak yang berlubang, kotor dan debu  dimana – mana.
Patut diacungin jempol kalau Makassar memang meraih piala Adipura, tapi satu hal yang menjadi pertanyaanku, kok kotaku yang semrawut ini bisa dapat Adipura yah.  Jadi penasaran rasanya apa saja yang menjadi poin – poin penilaian sebuah kota untuk mendapatkan Adipura???

     Andai saja pemerintah setempat mendengar beberapa lontaran komentar dari warganya, pertanyaannya sama denganku, kok bisa, kenapa bisa dapat Adipura.  Bersih, tidak juga.  Tertata indah, belum tuh, walaupun kita akui memang ada beberapa spot tertentu yang masih terhitung sangat indah.  Tapi tidak semua bagian, hanya beberapa.  Setidaknya pemerintah setempat semestinya memberikan perhatian khusus terhadap kebersihan dan penataan kotanya sendiri, biar tidak malu pak, dapat piala Adipura kok gitu.

Macet

Kesemrawutan kota Makassar seperti poin pertama di atas, diakibatkan oleh kemacetan.  Sepertinya jumlah orang kaya di kota Makassar kian bertambah.  Terbukti dari banyaknya kendaraan roda empat yang berseliweran di jalan plus semakin murahnya kredit motor sehingga memudahkan orang untuk menyicil kendaraan roda dua.  Hal ini semakin menambah kemacetan. 

Salah satu spot kemacetan di Jl. Sutami ( dari arah Kawasan Industri Makassar menuju Pannampu )

     Kemacetan ini juga disebabkan oleh kecilnya badan jalan, bisa dilihat pada saat jam 5 sore, sepulang kerja plus banyaknya jalan yang berlubang.  Jangan coba – coba untuk mengambil jalan di Kawasan Industri Makassar (Kima) khususnya melewati jalan tol, karena kita akan menyaksikan panjangnya antrean sepeda roda dua.  Lumayan berdebu dan bikin kesal bagi cewek – cewek yang sedang PMS, hufff.

     Yang membuatku miris, akibat dari kemacetan ini adalah ambulance yang seharusnya kita kasih jalan malah ikut terkurung dalam kemacetan karena pengendara lain juga tidak bisa memberi jalan, karena kanan kiri, depan belakang juga terkurung.  Aku sempat beberapa kali menemukan hal yang sama.

     Yang membuatku jengkel, kok bisa – bisanya yagh segerombolan manusia yang notabene berpendidikan, melakukan arak – arakan tanpa helm, melanggar lampu merah bahkan mengendarai sepeda motornya sekencang – kencangnya malah diberi kebebasan oleh pak polisi yang sedang bertugas, tanpa memberinya teguran.  Dengan satu alasan mereka menjuarai sebuah kejuaraan, boleh bangga atau senang tapi jangan menganggu lalu lintas. Bukan apa – apa, kita juga kesal sementara di waktu bersamaan ada ambuance tapi malah tidak bisa diberi ruang untuk jalan.  Bikin tandukku berdiri ajah, capek deh.

Menjamurnya franchise yang menjual kebutuhan sehari – hari.

     Aku sangat senang dengan munculnya berbagai macam franchise yang menual kebutuhan sehari –hari, karena memudahkan kita untuk belanja berbagai macam keperluan.  Selain itu franchise ini bisa menyerap tenaga kerja bagi anak – anak muda Makassar.

     Tapi, tidakkah pemerintah setempat berfikir bahwa kehadiran franchise ini mematikan toko – toko kelontong, toko – toko yang menjual keperluan sehari – hari, yang merupakan milik warga yang juga mencari nafkah.  Orang – orang tentunya lebih memilih belanja ke franchise yang kesannya lebih berkelas, elegan, berburu diskon plus banyak bonus, akibatnya toko – toko yang tidak berbentuk ranchise tadi yagh mati karena kekurangan pembeli.  Para pemilik toko yang tidak berafiliasi dengan franchise tersebut, pemasukannya menjadi berkurang, toko yang dulu ramai dan jadinya sekarang mati segan hidup pun tak mau bisa diartikan sudah mendekati bangkrut.

     Benar – benar mematikan, baragkali boleh – boleh saja diberi ruang bagi pemilik franchise seperti ini tapi dibatasi dong, jangan tiap lorong sebesar lubang tikus saja franchise semacam ini menjamur dimana – mana.  Kasihan warga kota Makassar yang nafkahnya bersumber dari membuka toko.  Bisa belajar dari propinsi Sumbar, tak ada satupun franchise semacam itu, mungkin pemerintah Sumbar mempunyai fikiran yang sama denganku, mungkin lho. 

Harga ticket masuk Trans Studio kian mahal

     Salah satu tempat wisata yang ingin sekali kukunjungi di Makassar adalah trans studio.  Semenjak dibangun aku belum pernah kesana, otomatis semangatku sangat menggebu – gebu untuk melihat apa sih yang ada di dalam trans studio ini.

     Rencananya, aku yang narsis ini pengen berfoto – foto di dalam, biar tak pajang di fesbukku, kalau aku sudah masuk trans studio.  Tapi, sekali lagi aku harus meringis dan mengurut dada bahkan ambil langkah seribu meninggalkan tempat hiburan impianku.

Merenungi nasib tak bisa masuk lagi ke Trans Studio, inget dompet, hehehehe :D
Supaya tak sedih keliling - keliling mall Trans Studio, kembali hanya dapat menelan ludah, harga barang - barangnya, bikin teriak, ampun mak.

     Mengapa demikian??? Mahal banget boo, mau masuk harus membeli ticket seharga Rp. 200.000, hanya bisa menelan ludah.  Mungkin aku bisa saja merelakan uangku melayang tapi ada sepotong hatiku yang cukup teriris, aku bersenang – senang di dalam, sementara uang Rp. 200.000 ini bisa aku pakai untuk makan – makan bareng keluargaku, bisa kusisihkan beberapa ribu untuk orang – orang yang membutuhkan dan mungkin bisa kubelikan oleh – oleh buat teman – temanku di Sumbar.

     Barangkali, orang bilang yah namanya juga hiburan, wajarlah mahal.  Tapi buatku lebih baik aku ke pantai Losari saja, cukup membawa uang Rp. 50.000, sudah bisa makan pisang epe, beli minuman dan bayar parkiran.  Sudah cukup menyenangkan buatku.

      Please dong turunin harganya untuk masuk trans studio, bukan cuman orang mampu yang butuh hiburan, tapi orang biasa sepertiku juga butuh hiburan, jangan cuman mengejar keuntungan.  Aku berharap pada saat mudik di Desember nanti harga ticket masuknya sudah turun, Aamiin.

Ini salah satu spot yang cukup menyenangkan buatku, cukup menghibur.

     Ini oleh – oleh #1 ku mudik selama 2 minggu di Makassar, sebenarnya ini hanya sebagian kecil dari oleh – oleh tidak mengenakkan dari Makassar, selebihnya adalah oleh – oleh yang sangat amazing lho.  Nanti di tulisan selanjutnya kita akan membahas yang amazing – amazing itu.  Stay on my blog yagh :D

3 komentar

Keke Naima mengatakan...

utk bbrp hal Makassar udh gak beda sm Jakarta, ya. Macet, semeawut, dan franchisenya

Aty Elias mengatakan...

iya mak Myra, kaget ajah waktu kesana, ampuuun deh macet en semrawut...

Ade Anita mengatakan...

temanku dari makasar selalu memberi oleh-oleh otak-otak yang enak banget. gede-gede dan ikannya terasa banget. gak tau tuh beli di mana.