Kota Makassar kota tercintaku,
tempatku dilahirkan dan dibesarkan, kini pembangunan dimana – mana. Kota Makassar berkembang dengan pesat di
segala bidang, geliat perekonomian begitu terasa. Begitulah Makassar yang kutemui saat aku
kembali pulang, setelah 2 tahun tak melihat wajah Makassarku.
Tapi, Makassar bukan tanpa
kekurangan, masih banyak hal yang tentunya perlu dibenahi oleh pemerintah
setempat. Sebagai salah satu warga
Makassar yang merantau tentunya aku bisa membandingkan dengan kota – kota
lainnya yang pernah kukunjungi. Makassarku kini memng sedang berbenah.
Seperti umumnya orang yang pulang
kampung, maka akupun membawa oleh – oleh, tapi oleh – olehnya bukan berupa
barang atau apapun karena nanti banyak yang tak kebagian. Jadi apa saja sih oleh – oleh yang kubawa
selama dua minggu di Makassar, bukan cuman menikmati kuliner tapi aku juga
berjalan – jalan dan melihat kondisi kota ini. Ada beberapa poin yang menjadi
perhatian buatku, yuuk cekidot apa saja tuh...
Makin Semrawut
Barangkali, ini adalah salah satu
poin penting untuk kota Makassar yang sedang berbenah, menurutku Makassar kian
semrawut, jalan – jalan banyak yang berlubang, kotor dan debu dimana – mana.
Patut diacungin jempol kalau
Makassar memang meraih piala Adipura, tapi satu hal yang menjadi pertanyaanku,
kok kotaku yang semrawut ini bisa dapat Adipura yah. Jadi penasaran rasanya apa saja yang menjadi
poin – poin penilaian sebuah kota untuk mendapatkan Adipura???
Andai saja pemerintah setempat
mendengar beberapa lontaran komentar dari warganya, pertanyaannya sama
denganku, kok bisa, kenapa bisa dapat Adipura.
Bersih, tidak juga. Tertata indah,
belum tuh, walaupun kita akui memang ada beberapa spot tertentu yang masih
terhitung sangat indah. Tapi tidak semua
bagian, hanya beberapa. Setidaknya
pemerintah setempat semestinya memberikan perhatian khusus terhadap kebersihan
dan penataan kotanya sendiri, biar tidak malu pak, dapat piala Adipura kok
gitu.
Macet
Kesemrawutan kota Makassar
seperti poin pertama di atas, diakibatkan oleh kemacetan. Sepertinya jumlah orang kaya di kota Makassar
kian bertambah. Terbukti dari banyaknya
kendaraan roda empat yang berseliweran di jalan plus semakin murahnya kredit
motor sehingga memudahkan orang untuk menyicil kendaraan roda dua. Hal ini semakin menambah kemacetan.
Salah satu spot kemacetan di Jl. Sutami ( dari arah Kawasan Industri Makassar menuju Pannampu ) |
Kemacetan ini juga disebabkan
oleh kecilnya badan jalan, bisa dilihat pada saat jam 5 sore, sepulang kerja
plus banyaknya jalan yang berlubang.
Jangan coba – coba untuk mengambil jalan di Kawasan Industri Makassar
(Kima) khususnya melewati jalan tol, karena kita akan menyaksikan panjangnya
antrean sepeda roda dua. Lumayan berdebu
dan bikin kesal bagi cewek – cewek yang sedang PMS, hufff.
Yang membuatku miris, akibat dari
kemacetan ini adalah ambulance yang seharusnya kita kasih jalan malah ikut
terkurung dalam kemacetan karena pengendara lain juga tidak bisa memberi jalan,
karena kanan kiri, depan belakang juga terkurung. Aku sempat beberapa kali menemukan hal yang
sama.
Yang membuatku jengkel, kok bisa
– bisanya yagh segerombolan manusia yang notabene berpendidikan, melakukan arak
– arakan tanpa helm, melanggar lampu merah bahkan mengendarai sepeda motornya
sekencang – kencangnya malah diberi kebebasan oleh pak polisi yang sedang
bertugas, tanpa memberinya teguran. Dengan
satu alasan mereka menjuarai sebuah kejuaraan, boleh bangga atau senang tapi
jangan menganggu lalu lintas. Bukan apa – apa, kita juga kesal sementara di
waktu bersamaan ada ambuance tapi malah tidak bisa diberi ruang untuk
jalan. Bikin tandukku berdiri ajah,
capek deh.
Menjamurnya franchise yang
menjual kebutuhan sehari – hari.
Aku sangat senang dengan
munculnya berbagai macam franchise yang menual kebutuhan sehari –hari, karena
memudahkan kita untuk belanja berbagai macam keperluan. Selain itu franchise ini bisa menyerap tenaga
kerja bagi anak – anak muda Makassar.
Tapi, tidakkah pemerintah setempat
berfikir bahwa kehadiran franchise ini mematikan toko – toko kelontong, toko –
toko yang menjual keperluan sehari – hari, yang merupakan milik warga yang juga
mencari nafkah. Orang – orang tentunya
lebih memilih belanja ke franchise yang kesannya lebih berkelas, elegan,
berburu diskon plus banyak bonus, akibatnya toko – toko yang tidak berbentuk
ranchise tadi yagh mati karena kekurangan pembeli. Para pemilik toko yang tidak berafiliasi
dengan franchise tersebut, pemasukannya menjadi berkurang, toko yang dulu ramai
dan jadinya sekarang mati segan hidup pun tak mau bisa diartikan sudah
mendekati bangkrut.
Benar – benar mematikan,
baragkali boleh – boleh saja diberi ruang bagi pemilik franchise seperti ini
tapi dibatasi dong, jangan tiap lorong sebesar lubang tikus saja franchise
semacam ini menjamur dimana – mana.
Kasihan warga kota Makassar yang nafkahnya bersumber dari membuka
toko. Bisa belajar dari propinsi Sumbar,
tak ada satupun franchise semacam itu, mungkin pemerintah Sumbar mempunyai
fikiran yang sama denganku, mungkin lho.
Harga ticket masuk Trans Studio
kian mahal
Salah satu tempat wisata yang
ingin sekali kukunjungi di Makassar adalah trans studio. Semenjak dibangun aku belum pernah kesana,
otomatis semangatku sangat menggebu – gebu untuk melihat apa sih yang ada di
dalam trans studio ini.
Rencananya, aku yang narsis ini
pengen berfoto – foto di dalam, biar tak pajang di fesbukku, kalau aku sudah
masuk trans studio. Tapi, sekali lagi
aku harus meringis dan mengurut dada bahkan ambil langkah seribu meninggalkan
tempat hiburan impianku.
Merenungi nasib tak bisa masuk lagi ke Trans Studio, inget dompet, hehehehe :D |
Supaya tak sedih keliling - keliling mall Trans Studio, kembali hanya dapat menelan ludah, harga barang - barangnya, bikin teriak, ampun mak. |
Mengapa demikian??? Mahal banget
boo, mau masuk harus membeli ticket seharga Rp. 200.000, hanya bisa menelan
ludah. Mungkin aku bisa saja merelakan
uangku melayang tapi ada sepotong hatiku yang cukup teriris, aku bersenang –
senang di dalam, sementara uang Rp. 200.000 ini bisa aku pakai untuk makan –
makan bareng keluargaku, bisa kusisihkan beberapa ribu untuk orang – orang yang
membutuhkan dan mungkin bisa kubelikan oleh – oleh buat teman – temanku di
Sumbar.
Barangkali, orang bilang yah
namanya juga hiburan, wajarlah mahal.
Tapi buatku lebih baik aku ke pantai Losari saja, cukup membawa uang Rp.
50.000, sudah bisa makan pisang epe, beli minuman dan bayar parkiran. Sudah cukup menyenangkan buatku.
Please dong turunin harganya
untuk masuk trans studio, bukan cuman orang mampu yang butuh hiburan, tapi
orang biasa sepertiku juga butuh hiburan, jangan cuman mengejar
keuntungan. Aku berharap pada saat mudik
di Desember nanti harga ticket masuknya sudah turun, Aamiin.
Ini salah satu spot yang cukup menyenangkan buatku, cukup menghibur. |
Ini oleh – oleh #1 ku mudik
selama 2 minggu di Makassar, sebenarnya ini hanya sebagian kecil dari oleh –
oleh tidak mengenakkan dari Makassar, selebihnya adalah oleh – oleh yang sangat
amazing lho. Nanti di tulisan
selanjutnya kita akan membahas yang amazing – amazing itu. Stay on my blog yagh :D
3 komentar
utk bbrp hal Makassar udh gak beda sm Jakarta, ya. Macet, semeawut, dan franchisenya
iya mak Myra, kaget ajah waktu kesana, ampuuun deh macet en semrawut...
temanku dari makasar selalu memberi oleh-oleh otak-otak yang enak banget. gede-gede dan ikannya terasa banget. gak tau tuh beli di mana.
Posting Komentar