Sumatera Barat merupakan daerah yang sangat rawan bencana utamanya gempa
bumi, apalagi dari prediksi BMKG bahwa gempa bumi megatrush dan tsunami yang berkekuatan
8,9 SR bahkan lebih akan menimpa di SUMBAR (sumber klik disini), apalagi tempat
tinggalku yang hanya berjarak 100 m dari bibir pantai yang merupakan laut lepas
samudera Hindia, bayangin saja jika benar2 gempa berkekuatan sebesar itu menghantam
SUMBAR bisa2 tsunami-pun menyerang, benar2 tinggal di Pariaman memicu adrenalin
layaknya naik tornado di dufan J
Hidup di Pariaman
yang kadang kusebut sebagai “supermarket bencana” kenapa???karena mau ngerasain
angin kencang di Pariaman ada, banjir paling sering tapi sekarang drainasenya
sudah bagus di komplekku, gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi semuanya
juga ada, siapa yang gak deg2an menghadapi situasi seperti ini...
Yang paling
menegangkan adalah gempa bumi yang sering datang, datangnya pun tak di sangka2
kadang sedang enak2nya tidur di larutnya malam bumi bergoyang, kalo sempat
ngerasain yagh bangun sebentar buka pintu, tapi kalo gak ngerasain tidur ajah
terus sampe besok dengar ceritanya teman2
kalo semalam ada gempa, ngeek...
Pertama kali
ngerasain gempa yang cukup kuat adalah pada tahun April 2007, air di kolam
sampai tumpah bak air minum yang digoyang2kan dalam gelas, menegangkan, mana
teman2 dari kantor pada berlarian ternyata gempa itu adalah gempa vulkanik,
gempa yang diakibatkan oleh gunung meletus, yagh pada saat itu gunung Talang di
Kab. Solok memang meletus. Bumi seolah
mengaum, semakin menambah rasa takut, pegennnn pindahhhh L
Sehari sebelum
puasa ramadhan di tahun 2007 kalo tidak salah hari pertama puasa jatuh pada
tanggal 13 September 2007, di sore itu kami semua warga komplek sedang senang
dan bahagia menyambut puasa, sebagian besar warga Sumbar tersedia makanan yang
sama yaitu rendang daging, hmm yummy, maklum aku biasa dapat pelimpahan rendang
daging dari tetanggaku, hehehehe J, nah di saat
yang sedang asyik2nya itu bumi berguncang, pohon2 berderak, tiang2 listrik
bergoyang, lampu2 rumah berayun, tanpa pikir panjang langsung kabur bersama
tetangga yang punya mobil, saat itu kami belum punya kendaraan jadi suami
menitipkanku di mobil tetanggaku, sementara suami ikutnya belakangan katanya
liat kondisi dulu, kalo situasinya tidak aman baru lari ke tempat tinggi, di
kompleks kami pada saat gempa ada yang mengecek ketinggian air, ada yang
mengurus siswa dan siswi yang berjumlah 300-an orang dan ada yang mengawasi
lingkungan komplek karena pada situasi menegangkan seperti ini maling juga
banyak yang beraksi, jadi sebagian bapak baik yang bujang maupun sudah
berkeluarga dengan sadar melakukan tugas ini...
Gempa ini membuat
kami berlari menuju tempat yang tinggi untuk menghindari datangnya tsunami,
dari berita tivi kami harus waspada sampai jam 11 malam sampai pengumuman
potensi tsunami di cabut kembali oleh BMKG.
Sampai jam 11 Alhamdulillah tsunaminya tak datang, akhirnya aku dan yang
lainnya pulang ke rumah lagi, paling enak memang tidur di rumah sendiri bukan
di rumah orang. Tahun 2007 itu adalah
tahun pertama aku menjalankan puasa ramadhan dengan suami, sahur kami pun
sukses hari itu, setelah sholat shubuh seperti biasa karena ngantuk aku tidur
kembali, tepat pukul 7 pagi aku di angkat oleh suamiku yang heboh karena
ternyata gempa datang lagi,kembali aku disuruh mengungsi ke tempat yang lebih
tinggi, waktu itu gempanya 7,6 SR tapi pusatnya di Sungai Penuh, Jambi, aku
ajah bukan di pusat gempanya seperti ini gimana di pusatnya, hmm...
Itu awalnya aku
mencanangkan bahwa kita harus bersahabat dengan gempa, karena setelahnya banyak
gempa2 kecil yang terjadi dan membuatku harus bisa memanage emosiku sendiri,
kepanikanku yang berlebihan dan rasa takut yang sangat tinggi...
Tanggal 30
September 2009 kembali gempa bumi berkekuatan 7,9 SR menimpa Sumbar kali ini
memang berpusat sekitar 57 km barat laut Pariaman, gempa yang memakan banyak
korban. Signal hp hilang selama 3 hari, lampu mati selama kurang lebih seminggu
membuat kondisi semakin parah, tapi bantuan dari penjuru Indonesia datang
termasuk dari negara2 sahabat.
Kebetulan pada
saat terjadi gempa 30 September 2009, aku sedang tidak di Pariaman tapi sedang
mudik ke Makassar, suatu hal yang kebetulan juga tahun 2009 itu teman2 yang
berasal dari Makassar juga sedang pulang semua, jadinya rumah warga Makassar di
kompleks pada kosong, kebetulan ada 3 keluarga di kompleks yang berasal dari
Makassar plus sekeluarga yang tinggal di Bungus juga saat itu pulang bareng
kami. Jadinya gempa besar yang menimpa
Sumbar hanya bisa aku pantau dari rumah dan menelpon teman2 yang ada di Pariaman,
sudah kebiasaan jika mudik barang2 berhargaku berupa ijazah dan surat2 lainnya
ku titipkan pada Mas Priyo dan Bu Kiky, jadinya pada saat gempa mereka pun
mengungsi dan tidak lupa membawaa serta si tas hitam berisi ijazah2ku dengan
suami yang sudah kami perjuangkan selama bertahun2, makasiiihh J
Kondisi rumah
yang kutinggalkan miring tidak jelas dan terangkat dimana2, retak2 di sepanjang
dindingnya, pintu gak bisa terbuka, yagh terpaksa nginap dulu di rumah bu Rani,
saat itu suami lagi menjalani test cpns di Makassar jadinya gak bisa ikut dulu
ke Pariaman sampai urusannya selesai. Jalan2
kompleks menganga, apalagi kompleks SUPM Neg. Pariaman dulunya adalah daerah
rawa akibatnya tanahnya menjadi labil, tapi tidak perlu menunggu lama2 untuk
perbaikan rumah dinas dan gedung2 kelas termasuk fasilitas sekolah lainnya
karena tahun 2010 sampai tahun 2012 SUPM Neg. Pariaman mendapatkan bantuan dari
BAPPENAS.
Sebenarnya di
kompleks SUPM Neg. Pariaman terdapat system peringatan dini tsunami bantuan
dari BMKG tapi pada saat gempa 30 September 2009 tidak berbunyi karena mungkin
tidak berpotensi tsunami, system peringatan dini tsunami ini dikendalikan dari
BMKG Pusat di Jakarta, untuk mengetahui bahwa system ini masih berfungsi dengan
baik maka setiap tanggal 26 pukul 10.00 pagi sirene akan berbunyi, jadi jangan
heran bagi temans yang sempat berkunjung ke SUMBAR dan ada bunyi sirene setiap
tanggal 26 itu bukan tsunami tapi itu hanya test. Mengapa sirene system peringatan dini tsunami
di bunyikan setiap tanggal 26 karena gempa dan tsunami di Aceh terjadi pada
tanggal 26, maka untuk mengingatkan kita semua bahwa saudara kita pernah
mengalami bencana alam terbesar di abad ini yang menewaskan kurang lebih
110.000 jiwa maka sirene system peringatan dini ini selalu dibunyikan tiap
tanggal 26 setiap bulannya.
Tower System
Peringatan Dini Tsunami SUPM Neg. Pariaman
Apakah system
peringatan dini tsunami ini pernah berbunyi bukan di tanggal 26 setiap
bulannya, jawabannya adalah pernah di hari Rabu tanggal 11 April 2012, saat itu
jam setengah 4 sore aku lagi asyik leyeh2 di tempat tidur sambil membaca,
tempat tidurku seolah bergoyang ku fikir my hubby yang ngerjain aku cuek saja,
tapi semakin lama kok semakin kencang seolah2 beraayun – ayun, suamiku teriak2
dari luar memanggilku supaya segera keluar rumah , ternyata memang gempa semua
orang sudah stand by di depan rumah masing – masing kecuali aku, hehehehe :D
tak cukup 2 menit aku memakai jilbabku yang sudah teronggok di tempat cucian
dan menyambar jacket, aku pun berlari keluar rumah juga dengan muka panikku
setengah mampus, tapi 10 menit berselang kufikir sudah tenang akhirnya seragam
kebesaranku kulepas kembali satu2 dan kembali ke tempat tidur, rencananya mau
tidur kembali dan ternyata sirene tsunami-nya mengaung kencang, tanpa berfikir
panjang nyambar tas siaga bencana langsung naik ke atas motor krn suamiku
memang sudah stand by di depan rumah alhasil aku berpolos ria alias cuman pake
daster buluk berwarna ungu pupus, hahahaha :D intinya yang penting lari dulu
lah.
Saat mengungsi di
gunung, bb-ku berbunyi terus ternyata itu broadcast dari beberapa teman yang
memberikan warning supaya berlari karena gempa yang terjadi di Simeule, Aceh
berkekuatan sangat besar yaitu 8,9 SR, gempa yang memang memicu atau berpotensi
tsunami, pokoknya saat itu aku aslinya panik, apalagi liat wajah2 teman2ku yang
suaminya lagi gak ada di tempat, ada yang kerja di propinsi lain, ada yang
suaminya lagi tugas belajar pokoknya macam – macamlah, siswa dan siswi yang
berlarian gak karuan, menuju satu titik yang memang sudah kami beritahukan
sejak awal kepada siswa dan siswi yang notabene tinggal jauh dari keluarganya,
biar koordinasinya gampang, dan siswa dan siswi itu memang kumpul di satu
tempat di sebuah sekolah letaknya di ketinggian Sintuk namanya, inilah gunanya
satu komando, komando terpusat J
Untuk itulah aku
dan teman – teman yang lain yang tinggal di kompleks SUPM Neg. Pariaman harus
bisa bersahabat dengan gempa, selalu berserah diri dan bertawakkal pada ilahi
karena bencana tidak pernah ada yang tahu kapan datangnya.
Nah, apa sih yang
seharusnya kita lakukan jika terjadi kondisi seperti ini, ada beberapa poin
yang harus kita lakukan, yaitu :
- Dengan kondisi “menunggu” seperti ini maka sebaiknya menyiapkan tas siaga bencana yang isinya berupa selimut, pakaian ganti, pakaian dalam, pembalut, indomie, air kemasan, uang, ijazah dan surat2 berharga lainnya.
- Cek selalu tanggal kadaluwarsa indomie, jika sudah dekat kadaluwarsa segera diganti
- Bensin harus selalu terisi penuh, supaya pada saat akan kabur tidak perlu antri bensin dulu
- Yang paling penting jangan panik, karena jika panik kita tidak bisa berfikir jernih
- Buat perjanjian dengan sesama anggota keluarga apabila terjadi gempa dan berpotensi tsunami maka akan berkumpul di satu titik atau satu tempat supaya tidak sulit untuk saling bertemu
- Informasi yang kita dengarkan harus terpusat atau satu komando
- Jangan lupa menghindari tiang2 listrik, pohon ataupun rak2 buku atau lemari
- Segera melakukan tindakan evakuasi menuju ke tempat yang tinggi, tapi jika tidak memungkinkan lagi naik ke gedung yang tinggi (dengan catatan gedung tersebut belum runtuh)
- Jika sedang berkendaraan maka hentikan kendaraan yang sedang kita kendarai, jangan berhenti diatas jembatan atau di bawah jembatan layang dan di bawah jembatan penyeberangan
- Jika berada di dalam ruangan sebaiknya jangan menimbulkan kepanikan yang berlebihan ikuti perintah satpam atau staf, jangan menggunakan lift sebisanya menggunakan tangga darurat.
Aku sama sekali
tidak menyesal berada di Pariaman justru dengan menetap disini bukan hanya
harus bersahabat dengan teman2 dari berbagai daerah akan tetapi mesti bersahabat
dengan gempa dan harus selalu peka terhadap kondisi alam,karena alam selalu memberikan alarm bagi umat manusia tanpa kita sadari, selain itu dengan kondisi seperti ini akan melatihku untuk memanage
emosiku sendiri (panik yang berlebihan), dan lebih berserah diri dan bertawakkal
kepada ALLAH SWT, karena hanya kepada-Nya lah kita meminta perlindungan.
Kompleks SUPM
Neg. Pariaman selalu menjanjikan ketenangan dan kedamaian.
Eniwai, walaupun
gempa sering datang tapi jangan takut ke Sumbar yagh, karena Sumbar memiliki
keindahan alam yang sangat menakjubkan, apa saja yang menakjubkan di Sumbar
nantikan catatan edisi jalan2ku nanti yagh J
Salam Cinta...
Postingan ini disertakan dalam #8 Minggu Ngeblog Anging Mammiri
12 komentar
Aduh duh seramnya lokasi ta' di'. Tadinya saya berpikir asyik juga kalo bisa merasakan pengalaman ta' merantau. Tapi kalo di lokasi gempa: Aduh duh ... takut ah ...
Biasa jie kk, kalo gempa yagh lari kalo pas tidur dak terasa gempax lanjut ajah tidurx, hehehehe :-) dsini enak tpi gempax yg bikin tdk tahan...
Informasi yg sangat bermanfaat. Duh, gak kebayang ya suasana panik begitu.
Butuh mental nih sahabatn ma gempa..tapi harus jg sih..... Biar gak harus takut berlebuha...
Panik sangat mba leyla, asal ad goyang dikit aj refleks pengen lari keluar ruangan....tips2 i2 sdh srg aku lakukan mba sm temen2 yg penting tas siaga bencanax mesti slalu siap en jgn dpindah2 biar g kelabakannyarix :-)
Tp wlwpn srg gempa jgn takut k pariaman mba, tetep aman kol :-)
Iya nih mas ferdy, tp gpp kok yg penting jgn panik...
Dulu di daerah Sulsel juga sering gempa, dan ketika itu saya masih kecil. Saya masih ingat saat orang tua saya dan kakek nenek serta om dan tante yang saling berpelukan dan saling maaf maafan karena mengira itu adalah detik-detik datangnya kiamat..
btw, nice share. Senang berkunjung ke blog ini :)
terimakasih ndy pada, disini selalu waspada saking seringnya getaran itu datang, berserah diri pada yg kuasa ajah deh :D
ngeri setiap denger ada gempa di sana. kayaknya memang rawan banget apalagi sebalakang sering ya, mba
iyagh mba ila khan ad prediksi BMKG, cuman yagh semua kita serahkan pada Allah SWT...
Pengalaman yang seru dan berharga ya Mbak..namun harus tetap waspada jika gempa menguncang..jd inget dulu pas di kostan (Depok) ketika sumber gempa nya di Sukabumi..kami bukannya keluar dr kostan malah asyik tidur2n di kamar sambil leyeh" hehehe
sangat berharga mba titis, tp hrs slalu waspada :-)
Posting Komentar